Sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan. Sebuah kalimat yang
nyata, namun sulit untuk dipercaya, terutama ketika sedang merasakan cobaan
dari-Nya. Jujur saja, kebanyakan orang mungkin akan merasa bingung dan gelisah
ketika sedang dicoba oleh Yang Kuasa. Kalaupun ada yang benar-benar bisa
meyakini satu ‘kalimat’ singkat tersebut ketika sedang dicoba, jumlahnya mungkin
bisa dihitung. Ya, tak banyak yang bisa mempraktikannya.
Itulah yang juga pernah dirasakan seorang Chika. Gadis
remaja yang diuji keimanannya, empat hari setelah usianya bertambah.
Saat itu, keadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya
sedang terjadi. Sebuah virus yang diduga datang dari China dan menyebar ke
seluruh belahan bumi. Lock down dan prokes (protokol kesehatan) adalah
akibat yang harus diterima makhluk bumi karena adanya virus ini. Sejak saat
itu, semua orang sangat antipati ketika mendengar ada orang yang terpapar.*
Sangat tak disangka, empat hari setelah ulang tahun Chika, salah
satu anggota keluarganya dinyatakan positif terpapar virus. Semua perasaan
tak enak bercampur menjadi satu. Meskipun kondisinya tak mendukung, mereka harus tetap menyambung hidup dengan tetap bekerja di rumah. Lebih susahnya, mereka juga harus
mengasingkan diri dari orang-orang untuk sementara waktu. Ya, Chika sekeluarga harus
diisolasi selama 14 hari. Total keseluruhannya hampir sebulan karena harus
melakukan berbagai macam prosedur yang cukup rumit.
Saat pengasingan, seorang Chika yang seharusnya bisa mengikuti UAS pertamanya dengan maksimal, namun keadaan sedang tidak mendukungnya. Alhasil, ujian dikerjakan tanpa persiapan dan tentunya tidak maksimal. Untuk mengerjakan ujian praktik pun, Chika harus meminta izin
dosen pengampu agar diberi keringanan. Begitu bersyukurnya Chika, ketika keadaan
sedang rumit-rumitnya, ternyata masih banyak orang baik yang membantu.
Tak sampai di situ cobaannya, itu belum apa-apa. Kali ini
cobaan yang sempat membuat Chika sedikit tak yakin bahwa kalimat “Sesudah kesulitan,
pasti ada kemudahan” itu nyata. Di pertengahan hari-hari ujian, muncul pengumuman
yang menyatakan bahwa pembayaran uang kuliah semester depan bisa dilakukan pada
tanggal 9 – 18 April. Sedangkan hari itu sudah tanggal 1 April.
Seorang Chika tak berani menceritakan masalah tersebut kepada
orang tuanya, takut menambah beban pikiran. Saat itu Chika mungkin sedang tidak
bisa berpikir jernih karena keadaannya memang sangat rumit, tidak berani
menceritakan kepada siapapun.
Saat itu juga, muncul pikiran bahwa mungkin semester depan dia harus istirahat dari perkuliahan. Chika akan mengambil cuti, entah untuk
berapa semester, mungkin bisa sampai batas cuti habis. Selanjutnya Chika akan
membantu orang tuanya bekerja. Tapi, pikiran-pikiran ini justru membuat Chika pusing
sendiri karena ibunya sangat menginginkan semua anaknya bisa menempuh pendidikan tinggi
sampai lulus.
Singkat cerita, tiga hari sebelum batas akhir pembayaran
uang kuliah, ibu Chika menanyakan hal yang selama ini membuatnya cukup
gelisah. Ibu bilang “Nak, kalau semester depan kamu cuti dulu, tidak
apa-apa?”
Saat itu juga perassan Chika campur aduk. Antara lega namun juga sedih. Chika lega karena dengan ibunya berkata seperti itu, berati Chika sudah diizinkan istirahat sejenak dari perkuliahan. Namun, Chika juga sedih karena impian ibu supaya semua anaknya bisa lulus dari perguruan tinggi menjadi terhambat. Chika sudah
pasrah, seperti tak yakin semester depan bisa melanjutkan kuliah. Semenjak
keluarga keluarganya melakukan isolasi, semua pekerjaan terhenti. Bahkan untuk
mencukupi kebutuhan makan, mereka hanya sanggup mengandalkan bantuan orang-orang
baik. Apalagi untuk membayar uang kuliah yang biayanya tidak sedikit. Sudah,
saat itu betul-betul pasrah dengan apa yang akan terjadi berikutnya.
Hari terakhir pembayaran uang kuliah, ibu memberanikan
diri membicarakan masalah tersebut kepada bapak. Chika sangat khawatir jika bapak
dengar masalah ini, kondisinya malah akan memburuk.
Tapi, sungguh tak disangka, ternyata kalimat “Sesudah kesulitan, pasti ada
kemudahan” itu benar-benar nyata. Bapak punya sedikit rezeki yang bisa
digunakan untuk melunasi uang kuliah. Sebelumnya Chika sudah berusaha mengajukan
keringanan uang kuliah. Jadi, untuk semester depan uang kuliah yang harus
dibayar tidak sebanyak biasanya. "Alhamdulillah," kata Chika. Dia sangat bersyukur karena
Allah masih menyayangi hamba-Nya.
Setelah kejadian ini, Chika menjadi sangat yakin bahwa
‘kalimat’ tersebut memang nyata. Sebenarnya Chika sudah berulang kali merasakan
bahwa ‘kalimat’ tersebut tidak mengandung dusta sedikitpun. Namun ketika cobaan datang dan sudah
berada pada momen terendah dalam diri, ‘kalimat’ tersebut bisa saja sangat sulit
untuk diyakini. Sejak kejadian di atas, Chika berusaha akan selalu meyakini
‘kalimat’ tersebut. Meskipun serendah apapun diri, ketika menghadapi cobaan nanti.
“Manusia memang begitu, baru mau bersyukur dan yakin dengan janji-Nya kalau Tuhan sedang mengujinya.”
Semoga manusia itu bukanlah kita. Semoga kita adalah manusia
yang bisa selalu yakin dengan apa yang pernah dijanjikan-Nya meskipun sedang
berada pada titik terendah. Semangat manusia-manusia kuat!
#CerpenHikmah #Inspirasi #Reminder
3 Comments
MasyaAllah.
BalasHapusAllah memberikan sesuatu kepada kita di saat yang pas dengan takaran yang pas pula.
Betul sekali, Harus banyak2 bersyukur
BalasHapusInna maal usri yusroo. Keren cerpennya. Lanjutkan.
BalasHapusSalam,
All You Can Read