Sadar: Cara Bersyukur Paling Efektif

   


     Selama pandemi ini, pernah kepikiran tentang hidup kita yang “gitu-gitu” aja nggak? “Gitu-gitu” setiap orang mungkin berbeda, tapi “gitu-gitu” yang saya maksud adalah monoton keduniaan. Ya, aktivitas yang kita lakukan dari mulai terbit fajar hingga muncul purnama mayoritas adalah aktivitas keduniaan. Sedikit contoh saja, ketika pagi hari apa ada yang menjadikan sholat dhuha sebagai prioritas sedangkan dari pagi sampai siang kita disibukkan dengan sekolah atau pekerjaan? Mungkin ada, tapi tidak banyak. Mengenai hal ini, ada sedikit kisah nyata dengan sedikit bumbu ciptaan saya. Menurut saya kisah ini mengandung banyak hikmah.

 

Fajar Hingga Purnama

    Hari itu tepat pukul 00.15 dan mataku masih belum bisa terpejam. Tadinya masih merasa tenang-tenang saja karena memang terbiasa tidur larut malam. Tapi malam itu mulai muncul pikiran-pikiran yang membuatku termenung. Pikiran ini mengajakku untuk mengingat kembali situasi selama sehari itu. 

    Dimulai dari bangun tidur. Sholat shubuhku masih seperti beberapa hari belakangan ini. Tidak khusyu’, berdoa juga asal berdoa tanpa ada keyakinan mendalam, padahal permintaan begitu banyak. Kemudian pukul 07.30 dilanjutkan dengan WFH sampai siang. Jeda sebentar untuk sholat dhuhur, masih juga belum bisa khusyu’. Kemudian dilanjutkan WFH lagi. Lalu sholat ashar yang masih sama, belum bisa khusyu’. Setelah sholat ashar, tidak terasa kalau ketiduran sampai menjelang maghrib. Kemudian bergegas melaksanakan sholat maghrib dan membaca alquran sebentar, dilanjut sholat isya’. Aktivitas penutup sebelum tidur, yaitu kerja lembur, tapi ada selingan menonton youtube supaya tidak jenuh. Terakhir, sampailah diwaktu aku sedang termenung ini.

    “Selama 24 jam ini, ada aktivitas yang belum kulakukan. Rasanya seperti masih ada yang kurang,” batinku. Hari-hari ku berjalan terus menerus seperti itu-monoton, seperti ada yang kurang.*


    Keesokan harinya, masih seperti biasa, aku bangun pagi dilanjut sholat shubuh. Aktivitas pagi itu ada yang sedikit berbeda. Ibu memintaku untuk berbelanja ke pasar. Karena WFH hari ini dimulai lebih siang dari biasanya, maka tak masalah untuk memenuhi permintaan ibu.

    Kali ini, kuputuskan untuk naik sepeda, hitung-hitung sambil olahraga. Sedikit ngos-ngosan ternyata. Wajar saja, sudah lama sekali aku tidak menggerakkan badan untuk olahraga. 

Di tengah hembusan nafasku yang ritmenya mulai tidak karuan, ada saja kejadian yang tidak terduga. Tepat di depan pandangan mata, terjadi sentuhan halus antara motor yang dikendarai bapak tua dan motor yang terpakir di pinggir jalan dekat trotoar, lebih tepatnya kecelakaan. Motor matic keluaran terbaru yang dikendarai oleh bapak tua tergeletak di tengah jalan. Karena sempat shock, tidak ada gerakan spontan untuk menolong, tapi yang ada malah pandangan kaku ke arah bapak tua itu. 

Sepuluh detik kemudian aku baru sadar dan turun dari sepeda untuk membantu bapak tua. Sebenarnya sudah banyak yang membantu, tapi  aku merasa punya kewajiban untuk menolong bapak itu. “Syukurlah bapak ini tidak kenapa-kenapa,” batinku sambil berjalan kembali ke arah sepeda. 

Aku melanjutkan perjalananku sambil terus mengucapkan doa keselamatan dan ucapan syukur. Saat itu sama sekali belum terpikir hal-hal selain kejadian itu.

    Belanja selesai. Setelah itu aku langsung masuk ke kamar mandi, kemudian memulai WFH tepat pukul 08.30 sampai menjelang dhuhur. Mendengar adzan berkumandang, aku tidak langsung bergegas mengambil air wudhu karena saat itu masih berlangsung video conference dengan bosku. Satu jam setelah adzan berkumandang, aku baru bergegas untuk sholat, kemudian pergi ke kantor untuk mengambil sesuatu.

    Lagi-lagi kejadian yang sama di pagi hari terulang. Tepat di depan mataku terjadi senggolan antara motor pedagang kerupuk dengan motor seorang kurir. Entah kenapa kali ini aku memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalananku tanpa membantu mereka. Saat melanjutan perjalanan, doa keselamatan dan ucapan syukur kembali keluar dari mulutku. Aku mulai sadar dan paham mengapa ucapan tersebut keluar dari mulutku.

    Aku mengucapkan doa keselamatan supaya nantinya hal yang baru saja aku lihat tidak terjadi padaku. Aku juga mengucapkan syukur karena bisa saja aku termasuk dalam kejadian itu, tapi karena kehendak Allah, tabrakan yang nyaris mengenai motorku itu tidak tersentuh sedikitpun olehku.*


    Kejadian selama satu hari itu menyadarkanku akan kematian. Bekalku untuk kehidupan selanjutnya seperti belum cukup. Aku jadi sadar bahwa aktivitas yang selama ini monoton dikarenakan aku mulai lupa dengan Sang Pencipta. Padahal, ketika aku ingat dengan Sang Pencipta, hatiku selalu tenang, tidak ada rasa kacau ataupun gelisah. Semua pekerjaan bisa terlaksana dengan enjoy dan selesai tepat waktu.

    Dari situ aku juga menyimpulkan bahwa untuk bisa beryukur, ternyata kita harus sadar terlebih dahulu. Mulai dari hal kecil yang bahkan belum tentu kita bisa menyadari bahwa itu merupakan nikmat dari Yang Kuasa. (tamat)


Pandai-pandailah mencari jalan syukur dalam setiap kejadian. Dimulai dengan menyadari apa yang terjadi pada diri kita terlebih dahulu, baru orang lain. Supaya lebih dalam memaknai kesyukuran, coba merenungkan itu dalam kesendirian. Sungguh nikmat nian!

 

 

6 Comments

  1. Khusyuk dalam beribadah itu memang susah2 gampang deh. Buat aku yang sholatnya masih kebanyakan bolong, kadang butuh lebih dari sekadar niat untuk terus sadar bahwa aku masih banyak butuh bebenah dalam hidup. Makasih udah diingatkan dari tulisan ini, Kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau membaca tulisan ini jadi bisa sadar. Terus Semangat dalam beribadah Kak!

      Hapus
  2. Tokoh di cerita tuh mirip aku, kalau ada kecelakaan langsung takut dan berdoa gitu. Aku pernah di jalan liat kecelakaan gitu dan lewat aja, Qadarullah habis itu juga aku kecelakaan kak. Alhamdulillahnya nggak papa, cuma motor aja yang parah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kadang kejadian tak terduga suka datang tiba-tiba ya kak. Kadang juga kita harus merasakan apa yang orang lain rasakan supaya bisa paham makna bersyukur lebih dalam lagi.

      Hapus
  3. Makasih mbak pengingatnya

    Iya kadang kita lupa nikmat sekecil apapun itu trus tiap malam baru deh sadar dan mohon maaf sama diri sendiri

    BalasHapus

Salam,
All You Can Read