Cerbung: Singkat (Part 1)


    Kalau ada yang bilang setelah pertemuan, pasti ada perpisahan, berarti kita tidak sefrekuensi. Kataku, setelah pertemuan, akan ada pertemuan lagi.

    Kata kawanku, menjadi santri harus memiliki seribu hati supaya tak mudah tersakiti. Kata kawanku, menjadi santri harus siap hidup mandiri dalam satu gedung yang disebut asrama putri. Kata kawanku, di asrama putri, akan ada banyak orang yang terus datang untuk pergi. Aku percaya dengan dua perkataan awal, tapi aku belum setuju dengan perkataan terakhir.* 


    Aku Senan, manusia bumi yang tak suka basa basi tapi sedih ketika tahu rasanya sepi. Karenanya, aku memutuskan untuk mengasingkan diri, lebih tepatnya menjadi santri.

    Keputusanku untuk tinggal di pesantren adalah mutlak dari diri sendiri. Bukan karena paksaan, bukan karena celaan, bukan karena pengusiran. Sejak awal aku sudah bilang kalau aku tidak suka kesepian. Makanya kuputuskan untuk tinggal di pesantren selama 3 tahun. Selain karena bab kesepian, juga karena ingin mengisi masa remaja dengan ilmu agama untuk bekal menuju surga.

    Ternyata untuk bisa beradaptasi di pesantren tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Satu minggu. Waktu yang cukup untuk bisa mendapatkan teman baru dan terbiasa dengan kegiatan senin sampai minggu, bagiku. Setelah empat minggu, aku baru mulai memiliki teman dekat. Teman yang datang ketika susah, tapi menghilang ketika senang. Itu lah definisi seorang teman yang sesungguhnya. Aku berpikir, kalau mau yang selalu ada selalu bisa, minta saja ke tok*pedia.

    Untuk sahabat, sudah beda definisi lagi. Levelnya lebih tinggi daripada teman dekat, tapi sedikit lebih rendah dari keluarga. Urusan mendapuk sahabat, aku perlu waktu sekitar 6 bulan. Sebenarnya memang tergantung masing-masing orang. Tapi bagiku, kalau sudah dekat, hubungan kami akan sangat erat. Dan Cici, adalah orang yang bisa kuberi dapukan itu.*


    Lima bulan sebelum impian memberi kami jarak, kami begitu dekat. Entah karena apa, tau-tau bisa dekat saja. Kami ibarat kakak beradik. Usianya lima tahun lebih tua dari pada aku. Aku masih anak SMA, tapi Cici sudah seperti ibu-ibu yang berpikiran dewasa. Obrolan kita selalu searah. Dia mengajarkanku menjadi dewasa, mungkin aku juga sering menjadi penenang untuk setiap masalahnya. Nggak semua masalah juga, sih. Beberapa masalah santri yang sifatnya rahasia tak dia ceritakan. Karena Cici  adalah ketua putri di pondok kami, maka masalah santri, masalah Cici juga.

    Selain itu, Cici juga memiliki masalah yang hampir setiap santri mengalaminya. Teman. Tak heran jika teman menjadi masalah yang klise di kalangan santri. Aktivitas kami sejak bangun tidur sampai tidur lagi selalu bersama-sama. Namun kerukunan adalah hal yang tak mudah untuk di jaga. Kebersamaan memang mengajarkan kami untuk hidup rukun. Tapi satu dua orang pasti punya rasa benci terpendam. Apalagi Cici adalah ketua, tak hanya satu dua yang sering menambah goresan luka di hatinya.

    Semenjak dekat degan Cici, aku merasa bisa lebih dewasa. Cara dia menyelesaikan masalah membuatku berpikiran terbuka. Caranya berbicara di depan orang juga membuatku kagum. Setiap kali aku memiliki masalah, terutama masalah sekolah dan pesantren yang silih berganti, dia cukup bijak dalam memberikan nasihat dan solusi. Bahkan, ketika kami sedang liburan pesantren pun aku masih sering meminta nasihatnya. Mulai dari bab pertemanan, percintaan, kesabaran, sampai nasihat hidup.

    Tapi ternyata waktu berjalan sangat cepat. Waktu dimana impian membuat kami harus berjarak sudah datang. Saat itu pula aku tahu rasanya ditinggal tanpa  pamit. 

Selanjutnya: Singkat (Part 2)

1 Comments

  1. Harrah's Casino in Chester, PA - MapYRO
    Harrah's Cherokee Casino is 광주 출장샵 a Native American Casino in 군포 출장샵 Murphy, North 삼척 출장마사지 Carolina. Built in 2004, this casino has 경상북도 출장마사지 over 3,000 square feet of 태백 출장안마 gaming space,

    BalasHapus

Salam,
All You Can Read