Mengubah ‘Sibuk’ Menjadi ‘Produktif’

             


        Di masa pandemi, ‘produktif’ menjadi sesuatu yang sudah tidak aneh untuk didengar berkali-kali. Ajakan produktif biasanya ditujukan kepada orang-orang yang sedang tidak memiliki kesibukan apa-apa. Padahal, tidak melakukan apa- apa bisa jadi karena memang sedang mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya dari kebiasaan sehari-hari yang cukup rumit. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan kalau ‘produktif’ juga bisa diterapkan oleh orang-orang yang sudah memiliki kegiatan, salah satunya mahasiswa. Loh, bukannya sudah memiliki kesibukan itu sama saja dengan produktif? Eits, tidak semudah itu.


Produktif dan sibuk adalah dua hal yang berbeda. Orang-orang produktif akan cenderung fokus pada salah satu pekerjaanya, hasil yang dicapai juga akan maksimal, dan cenderung bebas dari stress. Sedangkan orang sibuk memiliki banyak pekerjaan sehingga untuk bisa fokus sedikit sulit. Akhirnya, hasil yang dicapai pun tidak akan maksimal.


                Nah, kalau membahas tentang mahasiswa, mahasiswa yang produktif bisa dikatakan yang bisa memanfaatkan waktu kuliah dan weekend-nya untuk kegiatan bermanfaat tanpa lupa mengistirahatkan tubuh. Hal tersebut bisa disesuaikan dengan jadwal perkuliahan masing-masing. Mungkin jadwal perkuliahan dimulai hari Senin dan berakhir di hari Kamis. Maka selama Senin-Kamis itu, mahasiswa bisa memaksimalkan energinya untuk fokus dalam perkuliahan. Pada hari Jumat dan Sabtu, mereka bisa menjadikan hari itu sebagai hari ‘produktif’ mereka, yaitu kegiatan yang bermanfaat untuk pengembangan diri atau yang bermanfaat untuk orang lain. Lalu untuk hari Minggu, mereka bisa men-charge tubuh, mungkin dengan liburan sebentar, menyiram tanaman di halaman rumah, atau bahkan tidur dengan porsi yang cukup untuk mengembalikan energi yang telah terkuras selama seminggu.


Foto oleh Tima Miroshnichenko dari Pexels



Salah satu kegiatan produktif yang biasa dilakukan seorang mahasiswa pada hari Jumat dan Sabtu adalah mengikuti event dari organisasinya masing-masing. Bagi mahasiswa yang hanya mengikuti satu organisasi tentu ini bukan hal yang cukup sulit dilakukan. Akan tetapi, bagi yang mengikuti banyak organisasi dan kepanitiaan mungkin akan sedikit ribet. Terlebih jika acara organisasi dan kepanitiaan berlangsung secara bersamaan.


Meski saat pandemi hampir semua kegiatan dilaksanakan secara virtual, namun untuk mengatur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan itu tidaklah mudah. Mereka harus bisa menentukan skala prioritas. Tapi jika memang mampu untuk mengikuti beberapa event secara bersamaan, maka pilihan terakhir adalah multitasking. Ya, mereka harus bisa mengatur dua kegiatan atau lebih sekaligus secara bersamaan.


 

Sorce by Julia M Cameron on Pexels

Multitasking sebenarnya bisa saja dilakukan. Apalagi masa-masa pandemi menjadikan tugas dan kegiatan mahasiswa sangat menumpuk. Akan tetapi perlu diingat bahwa multitasking memerlukan tenaga, pikiran, dan waktu yang ekstra. Tidak mungkin semuanya bisa diselesaikan secara bersamaan sekaligus dengan hasil yang maksimal. Tentunya harus tetap ada yang menjadi prioritas.


Sebenarnya, kemampuan multitasking yang sering muncul sejak kuliah online merupakan kebiasaan buruk. Multitasking adalah suatu kemampuan yang dapat merusak otak. Dengan mengerjakan berbagai kegiatan dalam satu waktu tentunya akan sangat menuntut otak untuk bekerja keras. Alhasil, pekerjaan yang dikerjakan secara bersamaan justru akan membuat stress dan  pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik. Nah, pekerjaan yang seperti ini yang sering menjadikan seserang dicap ‘orang sibuk’.

 

Oleh karena itu, menjadi produktif, terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini tentu akan berbeda dengan menjadi seseorang yang sibuk. Kata ‘sibuk’ bisa diubah menjadi ‘produktif’ apabila diri sendiri bisa menentukan mana yang lebih prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu, kerjakan satu per satu. Justru dengan banyaknya kegiatan yang diikuti kemudian tidak bisa menentukan mana yang harus diprioritaskan, malah akan membebani diri sendiri. Apalagi tujuannya hanya karena mengejar jabatan ‘produktif’.


Cukup buat semua kegiatan senyaman dan seefisien mungkin, maka menjadi seorang produktif itu sangatlah mudah dan tentunya akan terhindar dari kata sibuk.

0 Comments

Salam,
All You Can Read